Kala itu ada sebuah perbincangan hangat seperti biasanya antara saya dan teman sekolah saya,sebut saja ipin. Bersyukur, malam itu nampak cerah dan banyak bintang yang bisa terlihat dengan telanjang mata kita. Dengan kopi hitan dan beberapa cemilan khas angkringan jogja menambah keyamanan obrolan kami. Dengan dukungan semesta pula pada kami yang melewati malam itu, saya mengajak ipin untuk keesokan harinya menuju ke Magelang untuk berburu matahari pagi di bukit Punthuk Setumbu. Setelah malam semakin larut dan kami mulai merasa cukup dengan perbincangan ini, kami memutuskan untuk segera pulang serta mempersiapkan barang yang akan kami bawa ke Punthuk Setumbu.
Pukul 2.30 pagi, saya terbangun karna mendengar alarm yang dipasang sebelumnya. Setelah saya terbangun kemudian menelfon untuk membangunkan ipin agar segera bangun dan menjemput ke rumah.
Semua perlengkapan sudah siap, pukul 3.00 pagi kami berangkat dari Jogja menuju Magelang, perjalanan yang akan kami tempuh kira - kira hanya membutuhkan waktu sekitar satujam 15menitan dari Jogja. Karna kami berangkat pagi sekali dan melalui jalan alternatif yg lebih dekat dan tidak ramai perjalanan pun terasa lebih cepat.
Jalan alternatif yang kami lalui berada di perbukitan menoreh yang ada di Kulon Progo, jalan perbukitan yang berkelok dan gelap menambah adrenaline kami untuk menuju Punthuk Setumbu. Sepanjang perjalanan banyak pula disuguhi pemandangan alam yg menarik, kami beruntung cuaca saat itu cerah dan terangnya bulan menambah asiknya perjalanan kami menembus kabut pagi menuju Punthuk Setumbu.
Jalan alternatif yang kami lalui berada di perbukitan menoreh yang ada di Kulon Progo, jalan perbukitan yang berkelok dan gelap menambah adrenaline kami untuk menuju Punthuk Setumbu. Sepanjang perjalanan banyak pula disuguhi pemandangan alam yg menarik, kami beruntung cuaca saat itu cerah dan terangnya bulan menambah asiknya perjalanan kami menembus kabut pagi menuju Punthuk Setumbu.
Sejam lebih berlalu kami pun tiba di tempat tujuan, udara pagi terasa segar hingga menusuk ke tulang. Sebelum kami naik bukit, tag lupa untuk menghangatkan badan sejenak dengan kopi panas yang kami bawa dari rumah sebelumnya. Sebenarnya di sana juga tersedia beberapa warung yang menyediakan kopi atau pun makanan hangat untuk para pengunjung akan tetapi untuk lebih hemat kami membawa perbekalan sendiri dari rumah.
Sebelum naik kami membeli tiket yang tersedia disana, untuk tiket masuk menuju puncak Punthuk Setumbu bagi warga lokal di kenakan tarif sebesar 15rb dan untuk warga negara asing sebesar 30rb, harga yang lumayan terjangkau lah buat kami.
Dari pintu masuk menuju puncak kira - kira hanya membutuhkan waktu 20 menit cukup dekatlah, jalurnya pun terbilang sudah bagus. Kita hanya tinggal melewati jalan tangga ke atas yang sudah di bangun oleh warga setempat. Sedikit demi sedikit puncak yang kami tuju mulai nampak, terlihat kabut sekitar yang mash menyelimuti pepohonan sekitar kami.
Setibanya kami di puncak Puntuk Setumbu, Subahannallah. ini salah satu pemandangan indah yang pernah saya lihat di hidup saya. Dari atas puncak dapat di lihat lampu kota yang masih menyala dengan diselimuti kabut tipis yang menawan.
Sekitar pukul 6.00, matahari pagi yang kami cari mulai membangunkan alam yang tertidur dan menampakkan wujudnya. Langit pun menunjukan warnanya yang memikau mata dengan berbagai keindahan warna yg terlihat jelas di depan kami. Dari suasana yang tadinya dingin pun perlahan mulai hargat oleh sang mentari, dari kejauhan nampak gagah pula Gunung Merapi dan Merbabu yang berdiri tegak. Dibawahnya nampak rumah - rumah kecil bagai miniatur bangunan. Terlihat pula Candi Borobudur yang masih diselimuti kabut disekitarnya menambah lukisan alam ini nampak lebih terasa.
Di benak kami saat itu hanya rasa syukur semata yang kami rasakan, karna kami masih diberi kesempatan untuk melihat hasil karya Sang Pencipta alam semesta ini, Allah SWT. Tak henti2nya saya pun mengucap syukur untuk nikmat yang saya dapat ini.
Masih di sekitar bukit Punthuk Setumbu juga terdapat sebuah gereja bekas yang berbentuk ayam sehingga di sebut Geraja Ayam yang pembangunannya terhenti, entah karna sebab apa saya pun kurang tau soal itu. Dari bukit Punthuk Setumbu menuju Gereja Ayam hanya membutuhkan waktu sekitar 15menit, jalur menuju kesana pun cukup mudah. Kita hanya harus melalui jalur trecking yang sudah tersedia yang juga di gunakan oleh warga sekitar untuk menuju perkebunan mereka di dekat bukit atau pun untuk mencari rumput sebagai makanan ternak mereka. Di gereja kita bisa menaiki menuju lantai paling atas bangunan gereja. Dari lantai paling atas kita bisa nampak lebih dekat untuk melihat Candi Borobudur, sungguh sesuatu yang meyenangkan bagi kami.
Sekitar pukul 6.00, matahari pagi yang kami cari mulai membangunkan alam yang tertidur dan menampakkan wujudnya. Langit pun menunjukan warnanya yang memikau mata dengan berbagai keindahan warna yg terlihat jelas di depan kami. Dari suasana yang tadinya dingin pun perlahan mulai hargat oleh sang mentari, dari kejauhan nampak gagah pula Gunung Merapi dan Merbabu yang berdiri tegak. Dibawahnya nampak rumah - rumah kecil bagai miniatur bangunan. Terlihat pula Candi Borobudur yang masih diselimuti kabut disekitarnya menambah lukisan alam ini nampak lebih terasa.
Di benak kami saat itu hanya rasa syukur semata yang kami rasakan, karna kami masih diberi kesempatan untuk melihat hasil karya Sang Pencipta alam semesta ini, Allah SWT. Tak henti2nya saya pun mengucap syukur untuk nikmat yang saya dapat ini.
Masih di sekitar bukit Punthuk Setumbu juga terdapat sebuah gereja bekas yang berbentuk ayam sehingga di sebut Geraja Ayam yang pembangunannya terhenti, entah karna sebab apa saya pun kurang tau soal itu. Dari bukit Punthuk Setumbu menuju Gereja Ayam hanya membutuhkan waktu sekitar 15menit, jalur menuju kesana pun cukup mudah. Kita hanya harus melalui jalur trecking yang sudah tersedia yang juga di gunakan oleh warga sekitar untuk menuju perkebunan mereka di dekat bukit atau pun untuk mencari rumput sebagai makanan ternak mereka. Di gereja kita bisa menaiki menuju lantai paling atas bangunan gereja. Dari lantai paling atas kita bisa nampak lebih dekat untuk melihat Candi Borobudur, sungguh sesuatu yang meyenangkan bagi kami.
Matahari pun mulai meninggi dan mulai semakin panas cuaca saat itu, kami pun memutuskan untuk kembali menuju puncak Punthuk Setumbu melalui jalan yang tadi sebelumnya kami lewati. Setelah puas dengan penjelajahan kami di Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam, kami pulang untuk beristirahat kembali dari perjalanan yang melelahkan ini. Yaa kaki kami terasa lelah tapi, kami merasa senang untuk sebuah perjalanan mengagumkan ini. Banyak pengalaman yang saya lalui bersama, dari bangun pagi menembus kabut di perjalanan hingga menunggu meningginya sang mentari.
Komentar
Posting Komentar